Wenas1032 speaks


Hari dokter kok malah bintang satu…
November 13, 2008, 10:00 pm
Filed under: Case Reports, My experience

tanggal 24 Oktober kemarin ternyata adalah hari dokter. Ironisnya, sebuah tragedi menimpaku. Waktu itu aku sedang jaga di sebuah klinik 24 jam. Sekitar pukul 04.45 aku dibangunkan karena ada seorang pasien. Sambil turun tangga dan menguap, aku mikir2, kira2 pasien apa yaa…paling2 KLL nih. Eh ternyata seorang wanita, 34 tahun, P3A0, (atau jangan2 P3A1 ya?) datang didampingi suami, karena mengalami perdarahan pervaginam sejak pukul 23.00. Berarti dah 6 jam’an. Si pasien sudah datang dalam kondisi pucat, anemis. Langsung kutensi, hasilnya 70/palpasi. Hwaduuh… sambil melakukan pemeriksaan cepat aku lakukan anamnesis. Pasien mengaku tidak sedang hamil dan tidak habis melahirkan. Padahal setahuku, perdarahan pervaginam hanya ada 2 kemungkinan, yaitu abortus atau perdarahan postpartum (selain menstruasi dan PUD tentunya). Dari anamnesis tidak pasien mengaku tidak sedang hamil. Ketika ditanya kapan haid terakhirnya, pasien menjawab dia sudah tidak haid selama 5 bulan karena memakai alat kontrasepsi 3 bulan. Emang sih salah satu efek samping AKBS 3 bulan kan gangguan siklus haid. Tetapi pasien mengaku kemarin telat untuk suntik berikutnya. Jadi aku menarik kesimpulan pasien sedang hamil tetapi baik dia maupun suaminya tidak tahu karena menyangka selama ini aman2 saja dengan AKBS 3 bulan. Inspeksi vaginal didapatkan stolsel saja, perdarahan sudah berhenti. Tetapi saya takut kehilangan waktu sehingga memutuskan untuk menginfus si pasien baru setelah itu memikirkan diferensial diagnosis. Sialnya,..di situ pas tidak ada infus set. Mampus!!! Langsung pasien kurujuk dengan diagnosis sementara abortus incompletus.

Baru saja si pasien dinaikkan mobil, aku kepikiran, wah kira2 diagnosisnya bener ga ya? Nanti di rumah sakit rujukan diapakan ya? Akhirnya aku memutuskan untuk ikut keluarga pasien itu saja. Ternyata di rumah sakit rujukan yang diminta oleh pasien, tidak terdapat ICU sehingga dokter jaganya tidak mau merawat; dan dengan alasan supaya tidak terkena biaya adminstrasi, lebih baik pasien dirujuk ke rumah sakit kabupaten saja, toh cuma berjarak 5-10 menit. Akhirnya pasien dibawa ke rumah sakit kabupaten. Beberapa menit sebelum sampai, saya masih meraba denyut nadi si pasien walaupun lemah. Akan tetapi sesampainya di IGD RS kabupaten tersebut, dokter jaganya sudah tidak lagi meraba denyut nadi si pasien. Dan ketika di EKG, hasilnya sudah flat. Pasien dinyatakan meninggal.

Nyesel? iya

Sedih? iya

tapi mau gmn lagi dong? Usaha sudah dilakukan walopun mungkin belum maksimal. Mungkin memang sudah jalan ceritanya begitu.

Buat para TS, ingat selalu ABC! ABC dan ABC lagi! apapun tindakannya, apapun diagnosisnya, apapun causanya, pastikan ABC pasien terjamin.


1 Comment so far
Leave a comment

Bener Yo, yg utama emang ABC, ABC, ABCD,dst… Tp klo qt ada di RS dan menerima rujukan pdhal tau di tempt qt ga ada sarana prasarana or tenaga yg berkompeten, itu lebih sedih lg Yo rasanya. Asli!!

Comment by dinalfina




Leave a reply to dinalfina Cancel reply